bersemai.org

Surga Hitam

/pembuka
Barutikung, sebuah wilayah pinggir sisi utara Kota Semarang yang berdekatan langsung dengan Pelabuhan terbesar di Jawa Tengah bagian pesisir utara pulau Jawa. Hawa panas dan iklim laut menjadi warna nafas kehidupan sehari hari.

/bagian 1
Saya lahir dan berketurunan hingga sekarang di tempat ini. Bagian sudut kota yang memberikan banyak gambaran baik dari kondisi geografis, pola hidup masyarakat dan budaya khas pesisir. Saya mulai dari kisaran tahun 80-an dimana saya berusia sekitar 5 tahun, usia yang sudah mampu melihat semua yang terjadi disekitar saya.

Pada tahun itu sisi suram dari Barutikung sendiri sudah saya rasakan dan saya lihat, mulai dari kriminalitas, eksploitasi, bentuk ketidakterkendalian emosi hingga adu fisik dan senjata tajam tanpa mampu berbuat apa apa.

Suatu misal, pernah ketika warga tempat saya tinggal mengadakan kerja bakti bersih bersih kampung, tiba tiba dari kejauhan terlihat rombongan beberapa orang dengan membawa parang, celurit dan senjata tajam lain berjalan cepat menuju sekumpulan warga yang sedang kerja bakti. Tanpa di komando rombongan orang tersebut langsung menyerang kumpulan warga yang ternyata sasarannya adalah anggota keluarga dari tetangga saya. Kilatan senjata tajam berayun mencari sasaran, dan dengan bermodal alat kerja bakti seperti cangkul, serokan pasir tetangga saya berusaha membalas.

Warga lain yang tidak tahu menahu duduk persoalannya berhamburan menyelamatkan diri. Tidak berlangsung lama darah berceceran dimana-mana dan karena kalah jumlah tetangga saya melarikan diri dengan luka luka yang cukup serius. Usut punya usut ternyata kejadian tersebut terjadi karena dendam pribadi antar dua keluarga dan pihak penyerang ternyata adalah keluarga Pendawa Lima yang sudah malang melintang namanya di dunia kriminalitas dan premanisme.

Memang di wilayah Barutikung sendiri selain berdekatan dengan area Pelabuhan Tanjung Mas juga dikelilingi banyak gudang dan pabrik pabrik yang masih beroperasi. Hal ini ternyata memicu keinginan banyak warga masyarakat untuk berebut wilayah kekuasaan atau istilahnya memegang keamanan tempat-tempat yang notabene mudah untuk memperoleh uang tanpa bekerja berat.

Ya, bagaimana tidak, seorang keamanan tidak perlu ikut bekerja sebagai karyawan atau buruh cukup dengan mengawasi saja tiap bulan mereka mendapat upah. Hal inilah yang memicu persaingan antar warga bahkan dengan nyawa mereka berani mempertaruhkan itu. Dan generasi generasi pelanjut pun sepertinya siap menerima tradisi tersebut. Bagaimana tidak? Pada usia ketika seharusnya mereka mendapatkan hak sebagai sosok kanak-kanak dengan kegembiraan dan keceriaan, mereka justru ‘dipaksa’ untuk menikmati suguhan pemandangan yang tidak selayaknya mereka dapatkan. Ironis.

Bahkan tidak sedikit generasi pelanjut tersebut banyak yang terpaksa harus mencari uang jajan sendiri dengan aktivitas–aktivitas pekerjaan yang selayaknya dilakukan oleh orang orang dengan usia produktif di atas mereka.

/biorre
Soni—gitar, vocal | Agus—bass, backing vocal | Bona—drum

Terbentuk tahun 1998, formasi awal Alm. Budi sebagai drummer. Kemudian pada tahun 2000 posisi penabuh drum diisi oleh Agung sampai tahun 2001. biorre lalu memilih vacum hingga tahun 2019, aktif kembali dengan merilis single Gurita. Tahun 2021 awal merilis video klip single Waktu. Rencananya, pada 2022 ini akan rilis album pertama.

/surga hitam
Aroma air laut sangat terasa—Melekat diudara
Kurasa ada permata menggoda—Diantara lumpur dan noda

Semua terlewati tanpa duka hati—Air hitam kadang menemani
Melody caci maki—Bagai orkes di muka bumi

Reff
Kemarilah kawan—Jangan bimbang
Kan kusambut—Dengan senang
Kemarilah kawan—Jangan gusar
Barutikung surga hitam

Musik oleh biorre.
Lirik oleh Soni Irawan.
Aransemen oleh biorre, Dzul Fawaid Ahmad, Agung Kesit.
Direkam oleh Dzul Fawaid Ahmad di Studio Barakallah.
Mixing & Mastering oleh Dzul Fawaid Ahmad di Studio Barakallah.
Musisi tambahan: Agung Kesit (Backing Vokal) dan Dzul Fawaid Ahmad (Gitar).

/bagian 2
Lagu ini adalah representasi dari daerah tempat kami dan band ini lahir, di mana nuansa alam pesisir dan manusia berasimilasi membentuk sosial-budaya dan tingkah laku yang khas. Dulu, orang-orang di luar daerah kami memberikan beberapa predikat atas apa yang terjadi di sini. Mulai negeri seribu pedang, daerah gali (preman), wilayah hitam, dsb.,

Stigma ini kemudian berimbas pada keterbatasan masyarakat untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang-orang di luar Barutikung. Merasa hal tersebut adalah suatu situasi ketidakadilan maka Biorre bersepakat untuk menulis lagu Surga Hitam yang di dalam reffrain-nya disisipi ajakan kepada orang-orang luar Barutikung untuk datang dengan etika pertemanan layaknya pergaulan pada umumnya; rasa nyaman dan aman tanpa ada diskriminasi atau perasaan takut.

Semarang, 22 Mei; 23 November; 29 Desember 2021
Kami yang mewakili orang orang pesisir mBarutikung
Biorre

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *